Peluang dan Tantangan Bidang Sumber Daya Manusia dalam Industri 4.0

 

A.         Pendahuluan

Revolusi industri pertama berlangsung pada tahun 1700-1800-an , teknologi mesin uap dan tenaga air yang berlangsung di Eropa membuat kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat berubah. Menurut Klingerberg (2017), revolusi industri pertama terjadi sekitar tahun 1784-1870 dengan fenomena yang ditandai perubahan penggunaan hewan (ternak) sebagai penggerak, berubah menjadi mesin-mesin yang digerakkan oleh uap air dan batubara.

1870-1969 dimulainya revolusi industri kedua. Pada era ini perkembangan manufaktur yang digerakkan oleh mesin-mesin bertenaga listrik untuk produksi barang secara massal semakin berkembang ke berbagai belahan dunia, termasuk industri perkeretaapian, logam dan kimia. Frieden dalam Kligenberg (2017) menyatakan pada fase revolusi industri kedua ini, semakin banyak perusahaan berdiri yang penting dalam tatanan perekonomian dunia, terutama pasca perang dunia II dimana permintaan kebutuhan produk industri semakin meningkat pesat. Pada masa ini dalam bidang sumber daya manusia terjadinya perpindahan orang antar negara (migrasi) karena kebutuhan pekerjaan dan juga karena terjadinya perang.

     Menurut Kligenberg (2017), pada tahun 1969, dimulailah era industri baru yang disebut dengan era revolusi industri ketiga dan masih berkembang sampai saat ini. Era ini ditandai dengan dengan penggunakan eletronik dan internet sebagai bagian dari otomatisasi pabrik.Era ini ditandai dengan berkembangnya kegiatan Penelitian dan Pengembangan (Research and Development- R&D) terutama untuk komputer, chips, dan internet. Sehingga pada era ini semua industri manual mulai meranah ke otomasi. Penggambaran perkembangan revolusi industri pertama sampai revolusi industri keempat itu digambarkan dalam gambar di bawah ini :


Gambar 1 : Sejarah Revolusi Industri

(Sumber: https://medium.com/@stevanihalim/revolusi-industri-4-0-di-indonesia-

c32ea95033da)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetap mendorong manusia untuk mendapatkan hal-hal yang lebih baik dalam kehidupannya. Perkembangan industri pertama sampai ketiga tetap berjalan seiring dengan keinginan manusia untuk mempermudah kehidupannya dan memenuhi kebutuhan hidup yang semakin kompleks juga. Hal inilah yang mendorong timbulnya istilah revolusi industri keempat atau sering disebut juga dengan Industri 4.0 atau 4.0.

B.         Industri 4.0

Industri 4.0 lahir di Jerman saat hannover fair 2011. Industri ini bertujuan untuk mempertahankan Jerman terdepan di dunia manufaktur. Berbagai istilah muncul di berbagai negara, seperti fourth industrial revolution, connected enterprise, smart factories. Walaupun memiliki banyak istilah tapi tujuannya sama yaitu meningkatkan daya saing industri dalam menghadapi perubahan global yang sangat dinamis. Tetapi di Indonesia dikenal dengan istilah Making Indonesia 4.0

Industri 4.0 menggambarkan peningkatan digitalisasi dan otomatisasi di lingkungan manufaktur, serta menciptakan rantai digital yang memungkinkan komunikasi antara produk lingkungan mereka dan mitra bisnis

Paradigma revolusi 4.0 ditandai dengan munculnya perpaduan antara fisik, digital, dan biologi. Teknologi yang lahir dan berkembang pada revolusi industri 4.0 adalah kecerdasan buatan, robotika internet of things, kendaraan otonom, pencetakan 3d, nanoteknologi, bioteknologi ilmu material, penyimpanan energi, dan komputasi kuantum.

Industri 4.0 ini mencakup perubahan sosial, terkait pekerjaan khususnya bidang industri dan teknologi. Revolusi industri 4.0 memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas dan telah mempengaruhi semua ilmu, ekonomi industri dan pemerintah.

 9 pilar industri 4.0 (gelbert dkk, 2015) :

1.     Big data dan analitis

2.     Autonomous robots

3.     Simulation

4.     Horizontal and vertical system integration

5.     Internet of things

6.     Cybersecurity

7.     Cloud

8.     Additive manufacturing

9.     Augmented reality

Pada revolusi industri 4.0 semua komponen akan diubah menjadi lebih cerdas, sehingga memungkinkan mengelola proses produksi secara realtime tanpa jarak dan kemampuan untuk mengkustomisasi produk. Ini memungkinkan menghadirkan produk sesuai dengan keperluan pelanggan dengan biaya lebih rendah, kualitas tinggi, dan tingkat efisiensi yang tinggi.

Industri 4.0 membuat semua produk, proses dan prosedur menjadi lebih cerdas membuat konektivitas terjadi dimana-mana. Inti dari visi industri 4.0 adalah Iot dan layanan internet yang berarti konektivitas terjadi pada manusia, benda, dan mesin terjadi dimana-mana.

Revolusi industri 4.0 didasari oleh data. Data tersebut dikumpulkan, dianalisis, dan digunakan untuk mengambil keputusan. Revolusi industri 4.0 ini menciptakan integrasi horizontal, integrasi vertikal dan meningkatkan akselerasi melalui exponen technologies. Pendekatan ini menimbulkan bisnis proses yang baru. Integrasi akan mempunyai standarisasi, infrastruktur yang komprehensif, keamanan dan privasi, organisasi kerja dan desain (karyawan lebih terlibat dan maju lebih baik) dan penggunaan sumber daya yang lebih efektif

3 perbedaan revolusi 4.0 dengan revolusi sebelumnya (tjandrawinata, 2016):

1.   Inovasi dikembangkan dan menyebar lebih cepat dari sebelumnya

2.   Penurunan biaya produksi

3.   Berpengaruh besar hampir seluruh dunia

C.         Dampak Umum Industri 4.0

Industri 4.0 membawa dampak berantai terhadap bidang lain seperti bidang ekonomi, sosial dan politik. Perubahan yang terjadi dalam satu bidang kehidupan manusia biasanya akan diikuti dengan perubahan pada bidang lainnya. Hal ini didorong oleh kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi dalam dunia global.

Industri 4.0 diwakili oleh pertumbuhan tinggi dalam platform. Teknologi menciptakan cara-cara baru dalam mengonsumsi barang melalui kombinasi permintaan dan penawaran. Hal ini menurunkan hambatan bagi orang dan bisnis untuk berinvestasi dan menciptakan kekayaan. Industri 4.0 membuat dunia lebih digital, lebih terhubung, lebih fleksibel, dan lebih responsif.

Disebutkan oleh Rojko (2017), Dampak dari implementasi fitur-fitur industri 4.0 bisa berakibat terhadap:

1)      penurunan biaya produksi (10-30%),

2)      penurunan biaya logistik (10-30%) dan

3)      penurunan biaya manajemen kualitas (10-20%).

Keuntungan dari implementasi industri 4.0 adalah :

1)      mempersingkat masa pemasaranan produk baru,

2)      meningkatkan respon dari pelanggan,

3)      peluang untuk mengustomisasi produk tanpa adanya peningkatan biaya produksi,

4)      lingkungan kerja yang lebih nyaman dan fleksible dan

5)      lebih efisien dalam penggunaan energi dan sumber daya.

 

Kementrian Perindustrian menetapkan empat langkah strategis dalam menghadapi Industri 4.0. Langkah-langkah tersebut adalah :

1)          Mendorong agar angkatan kerja di Indonesia terus meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, terutama dalam menggunakan teknologi internet of things (IoT) atau mengintegrasikan kemampuan internet dengan lini produksi di industri.

2)          Pemanfaatan teknologi digital untuk memacu produktivitas dan daya saing bagi industri kecil dan menengah (IKM) agar mampu menembus pasar ekspor melalui program e-smart IKM.

3)          Pemanfaatan teknologi digital yang lebih optimal dalam perindustrian nasional seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented Reality.

4)          Mendorong inovasi teknologi melalui pengembangan start up dengan memfasilitasi inkubasi bisnis agar lebih banyak wirausaha berbasis teknologi di wilayah Indonesia.

Kligenberg (2017) mengatakan salah satu dampak dari implementasi teknologi 4.0 adalah terjadinya penurunan kebutuhan tenaga kerja manusia, semakin panjangnya masa kerja orang-orang yang terampil, dan meningkatkan permintaan kebutuhan yang lebih spesifik dari pelanggan. Ia juga mengatakan bahwa peningkatan otomatisasi proses produksi dan pemindahan pekerja oleh mesin kemungkinan akan menghilangkan jenis pekerjaan rutin, mengurangi permintaan tenaga kerja murah di manufaktur kelas bawah, meningkatkan ketidaksetaraan, dan menyebabkan migrasi di negara-negara berkembang.

Pertumbuhan dalam Industri 4.0 juga menyoroti salah satu tantangan umum yang ditimbulkan oleh pertumbuhan pesat dalam teknologi informasi dan komunikasi: privasi. Dengan demikian, salah satu tantangan paling penting bagi pemerintah, pembuat kebijakan, dan masyarakat untuk mengatasi serangkaian gangguan teknologi yang terkait dengan era industri baru ini.

D.         Kompetensi SDM Dalam Menghadapi Industri 4.0

Perubahan dalam proses industri di era industri 4.0 akan memberikan pengaruh besar bagi kehidupan manusia, termasuk sisi ekonomi, sosial, budaya dan politik. Perubahan proses industri yang menggunakan teknologi informasi dan telekomunikasi yang serba modern (digital), terkoneksi dengan cepat tanpa mengenal jarak, real time yang bisa mendukung pembuatan keputusan lebih tepat dan cepat, menggunakan analisis big data dalam berbagai proses produksi, akan membuat proses produksi berjalan efisien.

Kemajuan yang dialami berbagai negara yang telah menerapkan fitur- fitur industri akan memicu efek berkelanjutan ke negara lain. Hal ini terjadi karena tidak adanya batasan dalam globalisasi informasi dan teknologi telekomunikasi tanpa batas (borderless), dimana batas-batas yang ada antar negara menjadi semakin terbuka sehingga memudahkan kolaborasi antar negara. Setiap negara akan berlomba-lomba memenangkan persaingan dengan meningkatan daya saing dan meraih keuntungan-keuntungan dari adanya kemajuan teknologi industri ini. Posisi daya saing antar negara akan kompetensi SDM yang dimiliknya akan menjadi salah satu topik penting yang memegang peranan dalam industri 4.0.

     Haryono (2018) mengatakan dalam menghadapi revolusi industri 4.0, sedikitnya ada tiga hal yang berkaitan dengan SDM yang perlu diperhatikan semua pihak yaitu:

1)          Pertama adalah kualitas, yaitu upaya menghasilkan SDM yang berkualitas agar sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang berbasis teknologi digital.

2)          Kedua, adalah masalah kuantitas, yaitu menghasilkan jumlah SDM yang berkualitas, kompeten dan sesuai kebutuhan industri.

3)          Ketiga, adalah masalah distribusi SDM berkualitas yang masih belum merata.

Dalam menghadapi industri 4.0, pemerintah Indonesia telah menyusun strategi pengembangan SDM untuk memiliki daya saing yang baik dalam mengimplementasikan era ini. Hal ini sebagai langkah strategis pembangunan Indonesia yang dituangkan ke dalam dokumen strategis Indonesia menghadapi Industri 4.0 “Making Indonesia 4.0”. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berpendapat dengan adanya revolusi industri 4.0 ini akan memberikan kesempatan untuk Indonesia berinovasi. Selain itu, industri dinilai bakal kembali menjadi mainstream atau arus utama di dalam pembangunan nasional.

Dengan perkembangan industri 4.0 tersebut, peranan SDM yang handal sangat diperlukan dan kualifikasi kompetensi SDM yang terlibat di dalam proses industri itu harus dapat mengimbangi atau mengikuti proses yang ada. Kompetensi SDM merupakan karakteristik dasar perilaku individu yang berhubungan dengan kriteria acuan efektif dan atau kinerja unggul di dalam pekerjaan atau situasi atau kompetensi adalah pengetahuan, keahlian, kemampuan, atau karakteristik pribadi individu yang mempengaruhi secara langsung kinerja pekerjaan. Kualifikasi kompetensi SDM yang diperlukan ini sangat terkait dengan seberapa jauh sebuah perusahaan atau organisasi mengimplementasikan fitur-fitur industri 4.0 tersebut dalam operasionalnya. Maresova dkk. (2018) juga menyatakan kompetensi utama yang relevan di masa depan adalah kompetensi yang berkaitan dengan IT, perangkat lunak (software), program aplikasi, dan sistem otomatis. Kompetensi ini akan melibatkan tidak hanya pengetahuan dasar dan kemampuan untuk menggunakan perangkat digital, aplikasi, Web 2.0, dan alat elektronik apa pun, tetapi juga keterampilan yang berorientasi pengguna akan diperlukan.

Menurut Haryono (2018) untuk menjawab tantangan era revolusi industri 4.0 tidak cukup hanya dengan literasi manusia lama, yang hanya mendasarkan pada kemampuan membaca, menulis dan menghitung. Dalam industri 4.0, modal dasar SDM yang harus dimiliki adalah : keterampilan yaitu kepemimpinan (leadership) dan bekerja dalam team (teamwork), kelincahan dan kematangan budaya (cultural agility), dengan latar belakang budaya yang berbeda tetap bisa bekerjasama, dan entreprenurship (termasuk sociopreneurship). Selanjutnya, menurut Aoun dalam Haryono (2018) untuk mendapatkan SDM yang kompetitif dalam industri 4.0, kurikulum pendidikan harus dirancang agar out put-nya mampu menguasi literasi baru, yaitu :

1)          Literasi data, yaitu kemampuan membaca, menganalisis dan memanfaatkan informasi big data dalam dunia digital,

2)          Literasi teknologi, yaitu memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (coding, artificial intelligence dan engineering principles) dan

3)          Literasi manusia, humanities, komunikasi dan desain. Dalam perspektif literasi manusia, tujuannya adalah agar manusia dapat berfungsi dengan baik di lingkungan manusia yang semakin dinamis.

Sementara itu Kementerian Perindustrian dan Perdagangan menyatakan, bahwa dimasa industri 4.0 akan ada 3 elemen kompetensi (ability, basic skills, dan cross functional skill) yang sangat berperan bagi SDM untuk dapat bersaing atau menjadi spesifikasi yang dibutuhkan dalam pekerjaan di era industri 4.0 seperti pada gambar berikut ini :

Gambar 2 : Keterampilan yang dibutuhkan dalam Industri 4.0 (Modifikasi)

(Sumber : https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/presentation/wcms_552349.pdf)

E.         Contoh

Menurut Sedarmayanti (2016), salah satu tantangan manajemen sumder daya manusia secara eksternal atau luar perusahaan adalah pengaruh perkembangan teknologi. Sebagai contoh, Grand Hotel Jambi tengah melakukan perbaikan di bidang teknologi dikarenakan Grand Hotel Jambi saat ini belum memiliki website remi, namun sudah bekerjasama dengan pihak perusahaan yang menyediakan jasa pemesanan hotel secara online sehingga Grand Hotel Jambi dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dan mampu menyaingi industri perhotelan di tingkat nasional maupun international serta dapat beradaptasi pada perubahan zaman.

Menurut Yahya (2018), pada era revolusi industri 4.0, karyawan harus memiliki 3 keterampilan yaitu literasi digital, literasi teknologi, dan literasi manusia. Menurut Rosyadi (2018) pada era revolusi saat ini, literasi manusia harus dikuasai karena menunjukkan elemen softskill untuk dapat berkolaborasi, adaptif, dan menjadi arif di era banjir informasi.

Pada era digitalisasi ini, Grand Hotel Jambi terus melakukan perubahan baik dari kebijakan maupun program strategi dalam pengembangan sumber daya manusia. Grand Hotel Jambi secara rutin menerapkan 3 aspek yang dinilai terhadap karyawan yaitu kedisiplinan karyawan, sikap dalam pekerjaan dan keterampilan yang dimiliki oleh karyawan. Selain itu, Grand Hotel Jambi juga mengadakan salah satu program yang dapat mendorong produktivitas karyawan seperti mengadakan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan, pengetahun dan sikap bagi karyawan.  Untuk mengadakan pelatihan perusahaan harus menganalisa 3 proses, yaitu analisa perusahaan, analisa kualifikasi karyawan dan analisa kinerja karyawan

Tantangan yang dihadapi oleh manajemen sumber daya manusia pada Grand Hotel di era revolusi industri 4.0 antara lain sulitnya mendapatkan karyawan yang berlatar belakang pendidikan dengan jurusan perhotelan, masih rendahnya tingkat literasi teknologi pada karyawan dan kempampuan berbahasa asing karyawan sangat rendah. Kemudian pada era revolusi industri 4.0 ini, memberikan peluang yang sangat besar bagi Grand Hotel Jambi untuk meningkatkan  produktivitas  karena  dengan  kemajuan  teknologi  perusahaan dengan mudah memberikan informasi dan  promosi  kepada pelanggan secara online sehingga  pelanggan  mendapat informasi dan memesan kamar hotel semakin mudah dan cepat.

 

F.     Penutup

       Industri 4.0 ini membawa perubahan di berbagai sektor industri dan menjadi salah satu hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi yang dikembangkan manusia dalam memenuhi kebutuhannya.

       Industri 4.0 akan mempengaruhi proses produksi diberbagai manufaktur, tetapi secara langsung akan berdampak ke dalam proses bisnis secara keseluruhan dan merangsang terbentuknya model-model bisnis baru yang lebih produktif dan efisien dan hal ini berkaitan dengan proses produksi industri tersebut seperti persiapan bahan baku , pelayanan konsumen serta kepedulian terhadap lingkungan dan stakeholder. Kehidupan bisnis di berbagai negara akan bergerak cepat dengan sistem baru yang didorong oleh perubahan teknologi produksi di berbagai manufaktur.

       Bagaimanapun, keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM) tetap akan menjadi sangat penting dalam era ini. Keterampilan (Skill) dan pengetahuan (Knowledge) dasar SDM tentang proses produksi dalam berbagai fitur-fitur transformasi di dalam industri 4.0 (seperti otomasi, Internet of Thing- IoT, artificial intelligence – AI, big data, robotic, printer 3D, AR, dll) menjadi hal yang sangat wajib untuk dikuasai.


Sumber :

Sipayung, M. S. PELUANG DAN TANTANGAN BIDANG SUMBER DAYA MANUSIA DALAM INDUSTRI 4.0 (Studi Pustaka). [diunduh 10 januari 202]. Tersedia pada https://v-class.gunadarma.ac.id/pluginfile.php/905886/mod_resource/content/1/PELUANG_DAN_TANTANGAN_BIDANG_SUMBER_DAYA.pdf.

Hendriyaldi, H., & Mailindra, W. 2019 Sep 30. REVOLUSI INDUSTRI 4.0: TANTANGAN DAN PELUANG MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS GRAND HOTEL JAMBI. Procuratio : Jurnal Ilmiah Manajemen. Vol. 7 No.3.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknologi 3D Printing

Layanan Teknologi Informasi (ITSM) dan Frameworknya

Membuat Server VOIP Menggunakan OS Briker 1.4 Komodo Dragon